Ibadah Minggu 18 Agustus 2013 "Berpengharapan Baru"
Ibadah minggu (18/8) di GKJ Manahan jam 18.00 WIB dilayani oleh Pendeta Retno Ratih Suryaning Handayani, M.Th, MA dengan menggunakan liturgi ibadah minggu ke-III. Dalam ibadah malam ini pula, diadakan peresmian nama sebuah paduan suara oleh pendeta Retno Ratih. "Adoria Voices", Demikian nama paduan suara ini dinyatakan oleh pendeta Retno Ratih. Menurut beliau, kata 'adore' berarti menyembah. Harapannya adalah anak-anak usia SMP ini mempersembahkan suara mereka melalui lagu-lagu pujian penyembahan kepada Tuhan. Dan semoga bersama paduan suara ini, jemaat turut memuliakan Tuhan melalui pujian-pujian.
Pemberitaan Firman Tuhan didasarkan dari bacaan Injil Lukas 12: 49-56. Mengawali kotbahnya, pendeta Ratih menyatakan bahwa kita semua senang bau yang sedap, dan pasti akan merasa terganggu dengan bau-bau yang tidak sedap. Bahkan sejak zaman dulu, telah dibuat oleh manusia berbagai produk pengharum. Semakin murni pengharum, terutama pengharum tubuh, jika dipakai, bau wanginya akan bertahan sepanjang hari. Dan untuk mendapatkan pengharum yang murni, tentunya bukan hal mudah, sebab membutuhkan resep yang pas dan cara pengolahan yang pas. Sesuatu yang murni membutuhkan usaha yang keras. Tidak hanya pengharum, dalam hal pengolahan logam pun dibutuhkan usaha yang keras untuk mendapatkan logam yang murni.
Ibadah Minggu (14/3) di GKJ Manahan jam 18.00 WIB dilayani oleh Pendeta Fritz Yohanes Dae Pany, S.Si dengan kotbah yang didasarkan dari Kisah Para Rasul 9: 1-9 mengenai kisah pertobatan Saulus. Dalam kotbahnya, Pendeta Fritz menyatakan bahwa dalam kehidupan beragama, sebagai seorang pribadi tentunya ada yang kita harapkan dari sebuah lembaga keagamaan. Dalam situasi tidak menentu seperti sekarang ini, tentunya ada rasa prihatin yang sangat besar, sehingga muncul harapan lembaga-lembaga agama -salah satunya Gereja- bisa memberikan jawaban yang tidak bisa diberikan oleh partai-partai politik. Bukankah kita rindu orang-orang beragama bisa memberikan pencerahan saat kita sedang ada dalam kegelapan, dalam situasi masyarakat yang kurang baik saat ini. Faktanya kadang jauh dari yang kita harapkan. Lembaga-lembaga agama yang diharapkan bisa menjadi organisasi yang memperjuangkan kasih dan keadilan justru menjadi pejuang ketidakadilan.