Ibadah Perjamuan Kudus hari ini, Minggu (10/2) di GKJ Manahan jam 18.00 WIB dilayani oleh Pdt. Fritz Yohanes Dae Pany, S.Si. Berita Anugerah dan Petunjuk Hidup Baru didasarkan dari Ibrani 11: 11-13 dan 1 Petrus 4: 15-16. Pelayanan Firman Tuhan didasarkan dari Injil Lukas 9: 28-36. Dalam kotbah berjudul "Tidak Malu, Tidak Takut". Kalau membicarakan masalah perasaan malu, Kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru banyak menyatakan mengenai hal itu. Dalam mazmur dan ezra, dalam Yoel : janji Tuhan untuk bangsa Israel bahwa umatNya tidak akan menjadi malu lagi. Kita melihat bahwa perasaan malu merupakan bagian kehidupan bangsa Israel dan juga orang-orang kristen.
Manusia dalam sepanjang sejarah kehidupannya pasti akan mengalami perasaan malu. Dalam perspektif injil Lukas, jika kita melihat perikop sebelumnya, ada dua persoalan yang dihadapi orang percaya waktu itu. Ada beberapa orang Kristen yang takut kehilangan nyawa karena Kristus. Ayat 26 menyatakan persoalan kedua, yaitu adanya orang yang malu karena Kristus, malu karena perkataan Kristus.
Perasaan takut dan perasaan malu. Malu yang seperti apa yang dimaksudkan lukas? Scheneider membagi malu dalam 2 kelompok: yaitu malu dalam hal kesopanan dan malu dalam hal kehinaan. Apa kaitannya antara bacaan kita dengan perasaan malu?
Malu membuat kita lemah, sakit dan lumpuh. Apalagi dalam hal iman, kita menjadi lumpuh dan sakit jika kita malu mengakui Kristus sebagai Tuhan kita. Malu dalam hal kesopanan memang kita perlu pelihara karena itu yang membangun sistem keteraturan sosial kemasyarakatan. Tetapi malu dalam kehinaan inilah yang perlu menjadi perhatian khusus. Karena orang yang memiliki rasa malu ini membentengi dirinya dengan perfeksionisme. Menuntut dan merasa dirinya sempurna, supaya tidak mendat malu.
Benteng pertahanan kedua adalah ... . Allah berupaya dan menunjukkan supaya jemaat tidak malu karena Kristus dalam peristiwa pernyataan Allah setelah Kristus dibaptis.
Untuk mengatasi rasa malu, iman perlu kita bangun dan membangun kepercayaan kepada orang lain, karena ada seseorang yang pasti peduli kepada kita, mendoakan dan mengasihi kita. Ketiga, percayalah pada diri sendiri. Lihatlah diri kita berdasarkan penilaian firman Allah bahwa kita berharga. Inilah sarana untuk menghancurkan benteng-benteng perasaan malu.
Jangan malu karena Kristus dan jangan takut untuk bersaksi. Terpujilah nama Tuhan Kekal untuk selama-lamanya.