Ibadah minggu (30/10) di GKJ Manahan jam 18.00 WIB dilayani oleh Pdt. Janoe Widyapramono, S.Si menggunakan Liturgi Khusus Penutupan Bulan Keluarga 2011 dengan nats pembuka dari Efesus 5: 20-21. Kotbah didasarkan dari bacaan Leksionari diantaranya Mikha 3: 5-12, I Tesalonika 2: 9-13 dan injil Matius 23: 1-12. Tema kotbah hari minggu ini adalah Merendahkan Diri. Merendahkan diri tidak sama dengan rendah diri. Rendah diri berarti tidak memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri. Sedangkan merendahkan diri merupakan sikap positif yang seharusnya dimiliki para pengikut Kristus. Lebih lanjuat mengenai merendahkan diri, bisa kita baca dalam Filipi 2. 5-8 yang menyatakan “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Sebagai orang percaya, seharusnya kita memiliki karakter seperti Kristus; Kristus telah memberikan teladan bagi kita untuk merendahkan diri. Bukanlah suatu hal yang mudah untuk merendahkan diri. Supaya bisa merendahkan diri, sebelumnya kita harus mampu merendahkan hati. Tanpa kerendahan hati tidak mungkin seseorang sanggup merendahkan dirinya, selain itu kerendahan hati juga merupakan sikap yang sangat penting dalam kehidupan sosial. Sikap rendah hati dapat menciptakan kerukunan, kedamaian, ketenteraman dan harmoni dalam kehidupan. Dan inilah yang senantiasa dilakukan oleh orang jawa melalui ajaran leluhur dan hal ini tidak bertentangan dengan Firman Tuhan. Arogansi dan kecongkakan hanya akan menciptakan konflik dan perpecahan. Sifat arogan yang membuat para pemimpin pemerintah dan keagamaan di Israel – yang dinyatakan dalam bacaan Mikha 3 - berbuat sewenang-wenang menindas rakyat yang tidak bisa berbuat apa-2.
Mikha mengkritik para pemimpin itu “Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang.” (Mikha 3: 5)
Para pemimpin berkuasa sewenang-wenang karena mereka melupakan Tuhan. Mereka kehilangan dasar berpijak, mereka tidak tahu lagi bagaimana memimpin dengan benar. Mereka tidak mampu lagi merendahkan hati, merendahkan diri dan sebaliknya menjadi arogan dan menggunakan rakyat sebagai obyek untuk dimanfaatkan.
Cara kepemimpinan ini bisa terjadi pada siapapun. Pada zaman Tuhan Yesus, orang-orang Farisipun bersikap sebagaimana pemimpin yang tidak benar. Mereka berwenang mengajar bangsa Israel mengenai Taurat, sedang mereka sendiri tidak melaksanakan Firman Tuhan. Dalam situasi demikian, Tuhan Yesus menghendaki kita mengambil sikap positif dan bukan negatif, sikap kemandirian dan bukan ikut-ikutan, sikap merendahkan diri dan bukan sikap arogan.
Dalam konteks bergereja sekarang ini, dalam menghadapi hal yang sama, yang perlu kita lakukan bukanlah mempergunjingkan para pengajar yang memberitakan Firman Tuhan - bila dalam kehidupan mereka sebenarnya masih banyak kekurangan - akan tetapi hormatilah pengajaran firman Tuhan itu sendiri, sebab Firman Tuhan adalah benar, sekalipun yang menyampaikannya memiliki banyak kekurangan sebagai individu.
Kita perlu bersikap rendah hati dalam hidup kita. Sikap rendah hati akan mampu menciptakan ketenteraman, kerukunan, kedamaian dan harmoni kehidupan. Bukankah hal tersebut yang senantiasa kita rindukan dalam kehidupan ini. Bukankah kita tidak ingin jemaat terpecah-pecah karena kecongkakan, arogansi dan tinggi hati?
Dalam lingkungan keluarga, bergereja, dan berbangsa, Firman Tuhan mengajak kita untuk rendah hati, sehingga melalui kerendahan hati kita dimampukkan merendahkan diri. Sebab dengan rendah diri kita bisa mengakomodir orang lain dan menciptakan kedamaian dalam lingkungan keluarga, gereja dan bangsa kita. Amin.
Add comment