
Ibadah Minggu (31/7) di GKJ Manahan jam 18.00 WIB dilayani oleh Pdt. Fritz Yohanes Dae Panny, S.Si dengan menggunakan liturgi ibadah minggu ke 2. Kotbah didasarkan dari Injil Matius 14: 13-21, berikut ini ringkasan kotbahnya. Tentunya kita semua sering memperhatikan kehidupan. Kehidupan dulu dan sekarang sangatlah berubah. Anak-anak SD zaman dulu, berangkat sekolah hanya membawa 1 buku, berbeda dengan sekarang anak-anak bersekolah membawa banyak buku. Kalau dulu sepulang sekolah bisa bermain, anak-anak zaman sekarang istirahat sebentar lalu ikut berbagai macam les. Anak-anak sibuk, orang tuapun sibuk. Dengan banyaknya kesibukan kita, masihkah kita bisa memberikan diri kita untuk sesama kita?
Firman Tuhan menyatakan, Tuhan Yesus baru saja ditinggal mati oleh orang yang sangat diseganinya, orang yang sangat dikasihiNya, Yohanes Pembaptis baru saja dibunuh. Luar biasa kepedihan Tuhan Yesus, Ia ingin menenangkan hatiNya, Ia ingin menguatkan kembali jiwanya dengan menyendiri. Bukankah itu hal yang wajar, bila kita saja ingin menyendiri, meluangkan waktu bagi diri kita sendiri untuk memulihkan jiwa kita. Kadang meluangkan waktu untuk menenangkan diri tidak bisa kita dapatkan bila banyak orang disekitar kita membutuhkan bantuan kita.
Meskipun jiwaNya tergoncang, meskipun sewajarnya Ia menenangkan diriNya, tetapi Ia memiliki belas kasihan. Ia meluangkan diri, memberikan waktuNya untuk orang banyak yang mengikutiNya. Ia menyembuhkan orang-orang yang sakit.
Bukan hanya memberikan waktu, kesembuhan atas sakit penyakit, Tuhan Yesus bahkan memberikan makanan bagi mereka. Sekalipun ada solusi yang mudah bagi Tuhan Yesus dan para murid bagi banyak orang itu, yaitu menyuruh orang banyak itu pulang untuk makan. Akan tetapi, sikap Tuhan Yesus berbeda, saat mereka membutuhkan makanan, Tuhan memberikan mereka makanan. Kehadiran Tuhan Yesus ini sangat bertentangan dengan pemimpin Bangsa Yahudi saat itu. Saat itu secara politis bangsa Yahudi dijajah oleh bangsa Romawi, rakyat dikenai pajak yang begitu tinggi. Bukannya para pemimpin itu menolong mereka malah mereka makin membebani rakyat.
Jika kita hanya bisa berbicara mengenai Firman Tuhan tetapi tidak memberikan teladan hidup, maka kita belum berhasil memberitakan Injil Kristus, sebab perilaku itulah yang menjadi batu sandungan dalam pemberitaan Firman Tuhan.
Mari kita memberi diri bagi sesama sebagaimana Kristus teah memberi diri bagi kita, memberi keselamatan bagi kita, menghadirkan Kerajaan Allah bagi kita. Mari kita memberitakan Injil Kristus dengan memberikan waktu bagi orang lain, meskipun kita sedang sibuk. Siap? [SePur]
Add comment