Ibadah minggu (29/4) di GKJ Manahan jam 18.00 WIB dilayani oleh Pdt. Mungki Aditya Sasmita, MA menggunakan liturgi minggu II. Dengan tema “Tuhan Gembala yang Baik”, Pendeta Mungki menyatakan Berita Anugerah dan Petunjuk Hidup Baru dari Yehezkiel 34:15-16 dan Yohanes 15: 4-5.
Kotbah disampaikan berdasarkan Surat 1 Yohanes 3:16-24. Di awal kotbahnya dinyatakannya bahwa "Tuhan Yesus adalah gembalaku yang baik" adalah kata yang sering kita dengar dan kalimat yang paling digemari oleh orang kristen. Sering kita tidak menyadari penekanan kalimat pengakuan iman tadi. Kalau kita renungkan, tidaklah berlebihan bahwa penekanan biasanya pada kata "-ku", kata ini menunjukkan penguasaan kita atas Tuhan dan bukannya Tuhan yang berkuasa atas"-ku"
Bukankan seringkali kita bayangkan bahwa perlakuan kita kepada Tuhan seperti perlakuan kita terhadap jimat, kita akan panggil jika kita membutuhkan saja.
Bagaimana seharusnya kita menghayati pengakuan iman tersebut? Ada lima hal yang penting kita renungkan bersama :
1. Kita perlu pelihara penghayatan atas kalimat pengakuan iman "Tuhan Yesus adalah Gembalaku yang baik" Dalam Injil Yohanes 10:11-18, Tuhan Yesus menyatakan diri sebagai gembala yang baik bukan atas pengakuan orang-orang lain, tetapi pernyataan diriNya sendiri. Tuhan adalah gembala yang baik yang selalu beserta kita, dalam Dia kita sudah ditebus, diselamatkan dan akan terus menerus dipelihara oleh Tuhan. Baik atau tidak baik kondisi hidup kita, Tuhan terus menjagai kita. Hayatilah sepenuh hati.
2. Kita tidak perlu mencemaskan masa depan kita. Tak ada gunanya jika kita memuji-muji Tuhan, menyatakan kemaha kuasaanNya tetapi pada dasarnya kita masih diliputi kecemasan. Jika kita mengakui kemahakuasaan Tuhan, seharusnya kekuatiran, kecemasan dan ketakutan akan hidup kita itu sirna. Orang yang dikuasai kecemasan akan memunculkan egoisme dalam dirinya, kerakusan akan muncul dan membuat segala sesuatu di dunia ini tidak cukup untuk dirinya. Kecemasan membuat kita tidak bisa bersyukur atas berkat Tuhan dalam hidup kita sehari-hari.
3. Sebagai domba yang digembalakan, respon kita seharusnya meneladani Gembala kita yang baik. Jika Gembala kita rela berkorban untuk kita, maka kita juga harus berkorban untuk sesama kita. Kalau Gembala sudah mengorbankan segala hal untuk keselamatan dan kesejahteraan domba-dombaNya, maka kita dipanggil untuk meneladaniNya dalam pengorbanan ini. Compassion - bela rasa - perasaan yang akan menggerakkan kita meneladani karya Kristus dalam kehidupan kita.
4. Orang yang melakukan Firman Tuhan, Roh Kudus ada dalam dirinya. Mungkin hidup kita tidak akan mengundang decak kagum ribuan orang, bukan seberapa banyak orang mengagumi tindakan kita, tetapi seberapa tulus kita melakukan Firman Tuhan. Tujuan Allah bukan hal-hal spektakuler, tetapi membangun hidup kita.
5. Apapun yang kita minta kita peroleh daripadaNya, karena kita menuruti segala perintahNya dan berbuat sesuai apa yang berkenan kepadaNya. Apa yang seharusnya kita minta? Minta supaya Tuhan memberi kita kemampuan untuk berbela rasa kepada sesama kita, menjadi berkat bagi sesama kita. Kita tidak perlu menjadi sempurna untuk berbagi dengan sesama.
Setiap berkat yang Tuhan berikan kepada kita, Tuhan memanggil kita untuk berbagi berkat itu dengan sesamanya. Panggilan Tuhan dalam hidup kita terpenuhi bila kita meneladani Gembala kita, yaitu jika kita menjadi gembala bagi sesama kita. [SePur]
Add comment