Ada yang beda dalam ibadah minggu (21/8) jam 18.00, ibadah kali ini menggunakan variasi instrumen musik untuk memandu nyanyian jemaat. Sekalipun yang dinyanyikan adalah Kidung Pujian dan Nyanyian Rohani, tetapi penggunaan band sebagai pengiring nyanyian dalam ibadah ini dirasakan sangat baik dan memberikan penyegaran dalam bernyanyi bagi jemaat. Ibadah dipimpin oleh bapak Kis Yudhanto dengan kotbah yang didasarkan dari Roma 12: 1-8, dengan judul sesuai ketetapan sinode GKJ yaitu Menjadi Saksi Mesias di Tengah-Tengah Bangsa Kita.
Berikut ini ringkasan kotbahnya. Kita mungkin sering melihat calo di terminal. Di terminal Tirtonadi, biasanya para calo ini berteriak-teriak menawarkan jurusan bus, mengantarkan penumpang akan tetapi dia sendiri tidak akan sampai ke kota tujuan yang ditawarkannya. Jangan sampai kita menjadi seperti calo yang berteriak-teriak mengenai hal kerajaan Sorga akan tetapi justru kita yang tidak akan sampai ke sana.
Ketika Paulus menulis kitab Roma, ia tidak menulis kepada orang-orang berdosa. Ia menulis kepada jemaat gereja di Roma yang memiliki kehidupan iman dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Mereka mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Meskipun demikian, Paulus dengan keras memperingatkan mereka tidak untuk menjadi serupa dengan dunia ini. Jangan hidup mereka sama dengan orang-orang di dunia ini.
Saat ini banyak orang Kristen yang aktif di gereja tetapi tidak lebih berbahagia dari pada para pecandu minuman keras. Bagaimana mungkin kita bisa bersaksi kalau kita sendiri tidak mengalami, merasakan dan menyaksikan manakah kehendak Allah, sehingga mustahil kita hidup dengan sempurna di hadapan Allah apalagi bersaksi.
Mungkin ada diantara kita yang masih merasakan depresi, merasakan kekuatiran hidup. Jika kita tidak bisa mengampuni keluarga kita, orang-orang sekitar kita, maka kita masih menjadi seperti orang-orang dunia ini. Kalau kita sebagai orang dewasa masih memikirkan hal-hal yang tidak kudus, maka kita masih menjadi sama seperti orang dunia.
Berubah disini dimaksudkan adalah transformasi, bahasa Yunani : metamorfosa, yang berarti perubahan secara menyeluruh. Sebagaimanya perubahan ulat menjadi kepompong kemudian kupu-kupu, bukanlah perubahan kecil, melainkan perubahan yang signifikan. Perubahan hidup kita tidaklah sekedar aktivitas kita di gereja, seberapa rajin kita mempelajari alkitab, seberapa rajin kita melayani.
Kita akan mengalami transformasi bila kita memperbaharui pemikiran kita. Tuhan Yesus mengatakan “Jadilah kehendakMu di bumi seperti di Surga” dalam doa Bapa Kami yang diajarkanNya. Kita bisa mengalami kerajaan Sorga asal kita bisa merubah pola pikir kita. Kehadiran kita digereja tentunya janganlah sekedar ingin mendengarkan kotbah, tetapi inginlah berubah, inginlah mengalami transformasi dalam hidup kita.
Roh Kudus akan mendorong kita mau dan mampu menyimpan firman Tuhan sehingga firman Tuhan tersebut menjadi rhema, dan Roh Kudus memampukan kita melakukan firman Tuhan dalam hidup kita. Roh Kudus akan menguasai hidup kita, merubah sikap hidup kita menjadi berkenan kepada Allah.
Banyak orang yang susah merubah pola pikirnya, dan cenderung menyembunyikan cara pikirnya yang lama. Akibatnya kita selalu melihat orang kristen yang selalu kuatir yang tidak pernah berbahagia, juga banyak yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan.
Dari pembahasan firman Tuhan di atas, bisa kita simpulkan : pertama, kesaksian itu harus kita alami sebagaimana kita bersaksi di pengadilan, yang disaksikan adalah apa yang dialami dan disaksikan dalam suatu perkara. Kedua, cara bersaksi adalah dengan mengalami perubahan, mengalami transformasi pola pikir sehingga kita bersaksi tentang kehendak Allah, apa yang baik yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Dan ketiga, sebagaimana kisah Petrus dalam Injil Matius 16 : 13-20, bagaimana cara kita bersaksi? Katakanlah bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. [SePur]
Add comment