Boom ..
Bunyi itu menggetarkan
Bau hangus daging manusia terpanggang
Ratap tangis iba manusia menembus, merobek dinding hati yang paling dalam
Siapa kuasa mengembalikan ibu yang terbujur kaku dan hangus kepada anaknya??
Siapa yang akan menghentikan isak tangis anak kecil yang meratapi ibunya itu?? siapa?? siapa??
Siapa sanggup menggantikan ibunya, yang memberikan kasih sayang yang tak terhingga?
Tiada seorangpun menjawab.
Lidah-lidah terkatup dihunjam paku-paku nan bisu.
Setelah beberapa saat lamanya, pada saat jawaban itu belum terbit
Gelegar bunyi ledakan tabung gas elpiji kembali merobek-robek relung hati
Korban kembali berjatuhan, akankan jiwa-jiwa, rakyat kelas tiga kilogram selamat?
Ataukah semakin banyak yang terjungkal?
Ribuan jiwa gelisah takut selamat meninggalkan rumahnya, takut maut menyambangi rumahnya.
Dalam kalut mereka pergi menanti tetesan-tetesan mahal minyak tanah.
"Tenang.. Tenang.." Demikian wakil penguasa berkata. "Semua aman.. Semua akan selamat"
"Selamat akan datang," demikian lanjutnya, "Selamat akan datang kalau semua mau hidup menggunakan barang berlabel SNI, Standard Nasional Indonesia.
Orang berebut barang berlabel SNI, namun sulit ia dapat, bagai berlian dalam semak.
Demikian puisi karya Pdt. Fritz yang dibacakannya dalam kotbah minggu (11/07/2010) yang lalu. Puisi tersebut mengungkapkan, banyaknya orang yang takut keselamatannya akan hilang. Takut tidak selamat karena meledaknya gas elpiji, tetapi pemerintah menenangkan dan menjamin bahwa semua akan selamat, jika mereka membeli produk-produk berlabel SNI.
Berdasarkan bacaan Injil dari Lukas 10: 25-37, Banyak orang yang bertanya, "Bagaimana kita bisa diselamatkan?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang ahli Taurat kepada Tuhan YEsus. Dan pertanyaan itulah yang coba dijawab oleh banyak agama. Dalam Kekristenan sendiri, mengajarkan tentang 'Sola Gracia', yaitu keselamatan adalah cuma-cuma, ditawarkan kepada manusia dan manusia tinggal menerimanya saja.
Lalu apa yang harus dilakukan? Jawabannya adalah Sola Fidei, yaitu kita cukup dengan menerima anugerah keselamatan itu. Artinya menerima adalah mempercayai bahwa Kristus telah mati menebus dosa-dosa kita.
Pdt. Fritz memberikan ilustrasi tentang seorang bernama pak Bejo. Pak Bejo ini adalah orang kristen, setidaknya begitu pengakuannya. Dia menguatkan pengakuannya dengan memiliki KTP Kristen dan diapun rajin beribadah ke gereja. Dalam keluarganya, pak Bejo ini memiliki saudara yang sedang sakit, yang dirawat di rumah sakit. Saudaranya ini kekurangan biaya untuk perawatannya. Dengan berbagai alasan, pak Bejo menolak membantunya. Begitupula sikapnya dengan tetangganya. Saat tetangganya meminta bantuannya dalam acara pernikahan, dengan berbagai alasan pula pak Bejo menolaknya. APakah dengan sikap hidup tersebut, pak Bejo memperoleh hidup kekal? Mungkin pak Bejo akan mengatakan iya, karena dia sudah menerima keselamatan dari Allah dengan percaya. Dengan demikian, menurutnya, percaya tidak ada kaitannya dengan sikap hidup kepada orang lain, dan ketaatan pada Tuhan.
Apakah keselamatan dan ketaatan berdiri sendiri-sendiri? Kolose 1: 4-5 menyatakan bahwa keselamatan, kepercayaan dan ketaatan berhubungan erat. Kepercayaan kita pada Tuhan harus ditunjukkan dalam ketaatan. Bukan berarti ketaatan adalah syarat untuk mendapatkan keselamatan. Tetapi ketaatan ini sebagai ucap syukur kita karena sudah mendapatkan keselamatan. Kepedulian dengan sesama adalah bentuk ketaatan kepada Tuhan. (SePur)
Add comment