
Rabu (27/7) minggu lalu, pengurus Persekutuan Doa Malam Minggu menyelenggarakan ibadah ucap syukur atas berlangsungnya persekutuan di Rumah Doa Meester Soewidji selama 4 tahun ini, ibadah ini juga merupakan ungkapan syukur atas selesainya proses pemindahan hak kepemilikan rumah doa ke GKJ Manahan. Dalam kesempatan ini pula dilakukan peresmian penggunaan buku pujian oleh Divisi Litbang, yang digunakan sebagai salah satu pelengkap sarana ibadah. Ibadah dimulai jam 18.00 WIB diawali dengan menyanyikan Kidung Jemaat 392 dipimpin oleh Ibu Yuli Karpono.
Pdt. Fritz Yohanes Dae Panny, S.Si yang menyampaikan kotbah, mengambil bacaan dari Kejadian 1: 26-27 dan Matius 5: 39-45. Di awal kotbahnya, Ia menyampaikan kisah seorang bernama Adolf, semasa anak-anak ia sangat suka akan kehidupan para biarawan, ia sering mengunjungi biara dan berharap suatu saat ia pun akan menjadi biarawan. Tetap ketika dewasa, fakta berbicara lain, ia telah menjadi orang yang sangat kejam. Ia adalah Adolf Hitler yang membunuh lebih dari 6 juta orang Yahudi. Ketika dilihat masa lalunya, ternyata ia memiliki masa kelam, ia dididik sangat keras oleh ayahnya, ia sering dipukuli, dan hal ini membentuk karakternya yang keras. Ia dibentuk oleh 2 karakter, karakter kasih dan kedamaian ketika ia di biara dan karakter keras dan keberingasan oleh ayahnya.
Orang bisa dibangun, memiliki perangai kasar, tetapi ada juga yang dibangun dan memiliki perangai kasih. Dalam kitab Kejadian, semua manusia diciptakan segambar dengan Allah. Allah menghendaki anak-anakNya memiliki perangai atau karakter Allah, karakter yang sesuai dengan karakter Allah yaitu kasih.
Bagaimana membangun karakter yang sesuai dengan kehendak Allah? Bergaullah dengan Allah. Bangunlah komunikasi denganNya, salah satunya dengan doa. Doa tidak perlu panjang atau dilakukan ditempat-tempat tertentu, sekalipun ada kalanya kita memerlukan waktu dan tempat khusus untuk bisa menikmati doa.
Selama 4 tahun ini, rumah doa Meester Soewidji telah digunakan untuk bersekutu dan berdoa. Maka marilah kita terus manfaatkan rumah doa ini sebagai tempat kita membangun perangai atau karakter kasih yang berkenan pada Allah.
Berkaitan dengan perkembangan Rumah Doa ini, Bp. Triwibowo, selaku Pengurus Persekutuan Doa menyatakan bahwa persekutuan ini telah berkembang sejak pertama kali diselenggarakan sampai tahun ke-empatnya. Harapannya adalah jemaat bisa lebih banyak lagi terlibat dalam persekutuan doa di Rumah Doa ini bersekutu dengan Allah dan membangun relasi dengan sesama. [SePur]
Add comment