
Mendah nea rahayu tyang semahan,
klayan nunggil tresnanya mring Gusti
Runtang runtung denira sih-sinihan,
klayan saekapraya lan budi.
Sadinten-dinten sami ngajeng-ajeng,
Mring idi Tuwan sarwi memuji,
Ing satitah nrimah klayan pitajeng,
saha tresna dumugi ing janji.
(Kidung Pasamuwan Kristen Lami 109: 2)
Allah ingin agar setiap keluarga Kristen memancarkan kasih kepada sesama dan lingkungannya (sekitar). Tetapi sungguh prihatin bila kita mendengar dan menyaksikan banyak keluarga Kristen yang langkah hidupnya tidak menjadi berkat, tetapi malah menjadi batu sandungan ditengah masyarakat. Contohnya adalah pertengkaran antar anggota keluarga, perselisihan dengan tetangga, kinerja buruk dalam dunia kerja, hidup eksklusif dan tidak mau membaur dalam hidup bermasyarakat serta tindakan negative yang lain. Hal demikian tentu menjadikan citra Keluarga Kristen buruk. Jika orang percaya tidak mampu merawat tubuh, mengolah batin, mengelola kebiasaan, waktu, keluarga, pekerjaan dan relasinya, bagaimana mungkin bisa menunjukkan perhatian kepada sesama dan lingkungannya? Jika orang percaya tidak mampu mencintai-mengasihi komunitas internalnya, bagaimana bisa menjadi berkat bagi masyarakat luas?
Citra seperti apa yang seharusnya dibangun? Bagaimana cara memperbaiki citra yang rusak?
Refleksi terhadap bacaan Imamat 19: 1-2, 15-18 dan 1 Tesalonika 2:1-8, menyadarkan kita bahwa keluarga milik Tuhan harus memiliki gambar diri Positif, cantik batin dan cantik laku. Tulus dan terbuka dalam berelasi, sabar dan mengayomi orang yang menyakiti, rela dan ikhlas menopang sesama serta tegas dan adil dalam menyatakan kebenaran. Otentik dari kejujuran hati dan tidak munafik, itulah motif yang harus senantiasa dipupuk.
Sang pemazmur mengajak kita untuk mulai dari cinta kasih Allah. Membangun relasi intim – akrab dengan menyukai Sabda – TitahNya. Seperti akar pohon yang terus mendapat asupan makanan dari air sungai ditepinya, demikianlah orang percaya akan mampu berakar kuat pada Sabda – TitahNya. Seperti pohon yang terus mengeluarkan buah, demikianlah orang percaya akan memancarkan kecantikan batin dan laku hidup terpuji. Hanya dengan cinta Allah kita mampu mencintai-mengasihi sesama. Cinta –Kasih kepada sesama tidak bisa dipisahkan dari Cinta – Kasih Allah. Tuhan Memberkati. Amin.
Bacaan I : Imamat 19:1-2, 15-18
Tanggapan: Mazmur 1: 1 – 6
Bacaan II: I Tesalonika 2:1-8
Bacaan III : Matius 22:34-46
Sumber: Warta Gereja Edisi : Minggu, 23 Oktober 2011
Add comment