Warna Liturgi Ungu
Bacaan Leksionari
I : Kejadian 9 : 8 – 17;
II : Mazmur 25 : 1 – 10
Mazmur 25 : 1 – 10;
III : Markus 1 : 9 – 15
Jika manusia berdosa menerima hukuman, itu sudah sewajarnya. Tetapi jika Allah kemudian memberikan perjanjian bahwa Ia tidak lagi menghukum manusia, ini benar – benar kasih karunia. Dalam hal pelangi sebagai tanda perjanjian Allah, tampak jelas kemurahan dan kerendahan hati Allah di depan manusia yang sebenarnya tidak sebanding dengan diri-Nya. Demikian pula ketika Yesus secara aktif menerima pelayanan baptisan, Ia membiarkan diri-Nya disamakan dengan manusia yang berdosa, padahal Ia tidak berdosa. Kristus yang mati untuk kita, "Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar" benar-benar menegaskan bukan hanya kerendahan-Nya, tetapi kasih-Nya yang sangat besar kepada manusia.
Jika Allah telah sedemikian mengasihi kita, maka sudah seharusnya kita mengasihi Dia. Cara kita mengasihi Dia adalah dengan hidup taat. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak taat jika kita mengasihi Dia. Yesus adalah teladan ketaatan yang sempurna. Meski dicobai, Ia tidak berbuat dosa.
Kita tidak dapat menyalahkan lingkungan atau keadaan, seperti yang biasa dilakukan oleh banyak orang, ketika jatuh dalam dosa. Berdosa atau hidup dalam kebenaran adalah suatu pilihan. Nuh adalah teladan yang lain. Ia telah memilih untuk percaya kepada Allah dan hidup dalam kebenaran di jaman di mana banyak orang meninggalkan kebenaran.
Akhirnya iman kepada Allah harus menjadi pendorong terus menerus bagi kita untuk hidup dalam kebenaran, seperti yang juga diungkapkan melalui pengalaman iman pemazmur dalam Mazmur 25 : 1 – 10.
Iman pemazmur mencakup tiga segi. Yang pertama ia mengangkat jiwanya kepada Allah untuk berdoa, atau berarti juga menyerahkan diri. Kedua, ia percaya kepada Tuhan. Dan akhirnya ia menanti-nantikan Tuhan.
Tim Penyusun Renungan
Sumber: Warta Gereja Edisi : Minggu, 8 Februari 2009 Nomor : 09/2009
Add comment