
Pemberian akan berarti sekali ketika pihak penerima memang sedang membutuhkan. Itulah cara kerja Allah! Allah memberi apa yang memang kita butuhkan. Perempuan Samaria di Sumur Yakub adalah orang yang merasa terbuang, baik karena ia orang Samaria yang dihindari oleh kaum Yahudi maupun karena kehidupan 'perkawinannya' yang tidak wajar dan dipenuhi kegagalan. Ia suka menyendiri dan hidup terasing. Jiwanya gelisah. Ia mencari sesuatu yang belum ditemukannya, yaitu: Kasih. Ia membutuhkan Kasih. Ia 'haus' akan kasih. Yesus yang adalah sumber kasih menjumpainya dan memberikan apa yang ia butuhkan. Apa yang paling kita butuhkan?
Menurut Rasul Paulus yang paling kita butuhkan adalah di damaikan dengan Allah, agar kasih Allah dapat mengalir tercurah ke dalam hati kita. Kita adalah pendosa. Yang dibutuhkan oleh pendosa adalah pengampunan.
Menurut Paulus, Kristus mati bukan untuk orang baik dan orang benar. Kasih-Nya bukan untuk yang telah memenuhi syarat 'baik' dan 'benar'.
Kristus mati untuk kita 'ketika kita masih berdosa' (Roma 5:8). Orang berdosa tidak memenuhi syarat untuk dikasihi, tetapi mereka membutuhkan untuk dikasihi. Kristus memberikan apa yang kita semua butuhkan.
Allah memang memberikan apa yang kita butuhkan. Tetapi Dia juga-lah yang paling tahu dan yang menentukan apa yang paling kita butuhkan. Bukan kita. Disinilah masalahnya! Kita sering menentukan sendiri apa yang kita anggap kebutuhan kita, padahal harus diakui manusia justru paling tidak dapat diandalkan dalam hal melihat kebutuhannya dan kebutuhan orang lain dengan benar. Ketika terjadi kemalangan, kesengsaraan dan kegagalan, kita menganggapnya sebagai 'beban, masalah dan musibah', bukan sebagai apa yang kita butuhkan.
Ada kalanya Tuhan menentukan hal-hal yang tampaknya buruk dan kita rasakan tidak enak sebagai 'kebutuhan' kita. Kita diberi pesaing, karena kita membutuhkan daya juang.
Kita diberi tantangan, karena kita membutuhkan dorongan semangat. Kita diberi kegagalan, karena kita membutuhkan kerendahan hati dan kewaspadaan.
Kita diberi kesakitan, karena kita membutuhkan istirahat. Kita diberi beban, karena kita membutuhkan kemampuan untuk berlatih tanggungjawab. Kita diberi kesukaran, karena kita membutuhkan kreatifitas. Kita diberi hal-hal yang menimbulkan kecemasan, karena kita membutuhkan belajar untuk tetap beriman.
Paulus diberi 'duri dalam daging', karena ia membutuhkan kerendahan hati dan kebergantungan pada kekuatan Tuhan (II Kor. 12:9). Sebagai rasul yang paling berdosa dan paling hina dari segala orang kudus, ia justru merasakan limpahnya kasih Karunia Allah (1 Tim. 1:15 dan Ef. 3:18). Ibarat orang haus, ia justru amat merasakan nikmat dan segarnya aliran air di kerongkongan.
Itulah sebabnya Paulus menggambarkan Kasih Allah yang dirasakannya sebagai curahan kasih.
Kalau hidup kita serba lurus dan mulus, semua lancar dan ok, apa yang kita mau kita dapat, jangan-jangan kita ada lagi rasa kagum dan syukur di hati kita akan kasih, anugerah dan pertolongan Tuhan. KasihNya justru sering terasa tercurah tatkala kita sedang membutuhkan sentuhan pertolonganNya di saat krisis kehidupan.
Semua orang membutuhkan kasih. Tuhan juga sering memberikan apa yang seseorang butuhkan melalui kita. Jadi kepekaan akan kebutuhan sesama sangat diharapkan ada pada kita. Terutama jika mereka sedang dalam kondisi yang membutuhkan sapaan hangat, perhatian, lawatan, nasihat, penghiburan dan pertolongan nyata.
Sudahkah kita menolong orang-orang yang Tuhan tempatkan disekeliling kita untuk bisa merasakan curahan Kasih Allah, karena doa, perhatian dan ungkapan kasih kita?
Sebab Allah sudah lebih dahulu mencurahkan kasihNya yang besar kepada kita, marilah kita bukan sekedar bermimpi melakukan hal-hal besar saja, melainkan mau melakukan hal-hal sederhana tetapi dengan kasih yang besar.
Bacaan I : Keluaran 17:1-7
Tanggapan: Mazmur 95
Bacaan II: Roma 5:1-11
Bacaan III : Yohanes 4:5-26
Sumber: Warta Gereja Edisi : Minggu, 27 Maret 2011
Add comment