
Salah satu kelemahan keluarga Kristen, adalah sering tidak mau menyatu dengan komunitasnya. Sering terdengar keluarga Kristen merasa sendirian tanpa teman saat menghadapi masalah. Mengapa?
Ada banyak alasan, kenapa orang Kristen tidak butuh komunitas. Karena komunitas tidak bisa diharapkan oleh berbagai alasan, lebih bersifat duniawi, atau kurang rohani? Orang Kristen sering lupa, bahwa sebagai mahluk sosial, kita butuh komunitas sebagai habitat, sebagai wahana lingkungan yang kondusif, yang mampu merubah gaya hidup jemaatnya.
Kita mungkin tidak menyadari, bahwa lingkungan/komunitas lah, yang sangat berperan mempengaruhi gaya hidup, lifestyle, karena terjadinya perubahan pola pikir atau mindset, yang ada akhirnya menentukan pilihan-pilihan hidup.
Intinya, perubahan hidup kita harus dimulai dari perubahan pikiran, dalam hal ini pengaruh lingkungan/komunitas sangat berperan.
Kita tidak mungkin menjadi orang yang rohani tanpa mengendalikan pikiran kita. Apa yang kita pilih untuk kita renungkan menentukan kemenangan atau kekalahan, kesedihan atau sukacita, kegagalan atau keberhasilan, karena setiap pergumulan dalam kehidupan kita ditentukan oleh apa yang kita pikirkan atau apa yang kita renungkan.
Renungan adalah makanan untuk rohani kita! Dengan renungan-renungan ini kita bisa memberi makan sifat lama, manusia lama, kedagingan atau sifat baru, manusia baru, hidup dalam roh. Ingatlah bahwa pikiran menghasilkan buah (Matius 7:16).
Apa yang kita pikirkan, lama kelamaan akan melahirkan perbuatan, dan perbuatan-perbuatan melahirkan kebiasaan-kebiasaan, dan kebiasaan-kebiasaan sangat menentukan tujuan akhir hidup kita. Dosa selalu dimulai dan dirancang dalam pikiran kita. Dosa itu bertumbuh sewaktu diberi makan oleh renungan-renungan, kemudian melahirkan perbuatan. Dosa dapat dimatikan sejak awal, sejak masih ada dalam pikiran. Manusia berdosa karena mereka telah merencanakan untuk melakukannya. Renungan-renungan yang salah, membangun dan menguatkan kebiasaan buruk. Sebaliknya renungan-renungan yang benar membuat kebiasaan buruk menjadi lemah dan tidak aktif.
Renungan-renungan mempengaruhi roh, jiwa dan tubuh kita. Kita tidak bisa merasakan damai sejahtera, menjadi lebih rohani, sebelum kita belajar mengendalikan pikiran kita. Pikiran kita suka menerawang dan keluar dari yang seharusnya kita pikirkan, yang dikuasai kedagingan. Kita memiliki kemampuan untuk memilih pikiran kita. Hal ini tergantung kepada pilihan kita untuk membuang pikiran "manusia lama" dan menggantikannya dengan "pikiran Kristus" yaitu Roh Kudus.
"Jadi akhirnya saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu". (Filipi 4:8)
Dan karena pikiran itu datangnya dari indera kita, maka sangat penting untuk memperhatikan lingkungan/komunitas kita.
Jadi, lingkungan komunitas kita akan sangat mempengaruhi gaya hidup, karena pikiran kita.
Karena itu, sebagai keluarga Kristen, kita harus mau dan mampu menjadi berkat bagi komunitas hidup kita, sehingga keberadaan kita sebagai jemaat akan berarti, dan mampu mewarnai dan diwarnai oleh lingkungan gereja kita, juga lingkungan sosial kita, kota Solo tercinta. Amin.
Bacaan I : Yesaya 25: 1 – 9
Antar Bacaan : Mazmur 106:1-6, 19-23
Bacaan II: Filipi 4 : 1 – 9
Bacaan Injil : Matius 22: 1 – 14
Sumber: Warta Gereja Edisi : Minggu, 9 Oktober 2011
Add comment