Bacaan Leksionari
(Bacaan: Kis. 4 : 5 – 12; Maz. 23; 1 Yoh 3 : 16 – 24; Yoh. 10 : 11 – 18)
Gembala baik bersuling nan merdu, membimbing aku pada air tenang, dan membaringkan aku berteduh di padang rumput hijau berkenan. O, Gembalaku itu Tuhanku, membuat aku tentram hening. Mengalir dalam sungai kasihku, kuasa damai cerlang hening. (KJ 415 : 1). Syair lagu ini sungguh indah menyejukkan hati, berdasarkan Mazmur 23.
Kebanyakan orang akan menggambarkan keseluruhan ayat dalam Mazmur 23 ini dengan hal – hal yang indah dan penuh pesona. Tuhan sebagai gembala membawa sekawanan ternak ke tempat padang penggembalaan yang berumput hijau dan air yang tenang. Gambaran yang begitu mudah digapai dalam imajinasi kita. Namun jika kita mencoba untuk memahami kondisi geografis Palestina, keadaan yang indah dalam imajinasi itu berubah menjadi realita yang sangat berat dan penuh perjuangan.
Kondisi geografis Palestina membantu kita untuk memahami bahwa seorang gembala di dalam menggiring kawanan ternaknya harus menempuh perjalanan yang tidak mudah, melewati jalan terjal berliku, dan jarak tempuh yang jauh. Hanya gembala yang berpengalamanlah yang mengetahui dimana tempat penggembalaan itu berada. Realita kondisi geografis Palestina tidak sama dengan di Indonesia yang sangat mudah untuk mendapatkan rumput hijau. Gembala yang membawa sekawanan ternak itu harus bertanggungjawab pula untuk melindungi ternaknya dari bahaya di perjalanan.
Pemazmur yang menggambarkan Tuhan sebagai Sang Gembala menyajikan sebuah pengalaman nyata dalam kehidupan yang dijalani oleh umatNya. Di saat umat berada di jalan kehidupan ini sesungguhnya boleh merasakan kenyamanan karena mempercayakan pada Sang Gembala itu. Gembala itu sangat bertanggungjawab, meskipun jalan yang dilalui bukan jalan mulus dan menyenangkan. Berliku-liku, terjal dan menyusahkan pasti dapat dengan mudah membuat setiap yang meleawti jalan itu bisa putus asa, tetapi Gembala kita akan memberikan jaminan sampai juga ditempat yang dituju. Seperti syair bait 3, KJ 415.
Di jalan maut kelam sekalipun, ku tidak takut pada seteru, sebab Gembala adalah teman dan Juru selamat bagi diriku. O, Gembalaku itu Tuhanku, membuat aku tentram hening. Mengalir dalam sungai kasihku, kuasa damai cerlang bening.
Maka yakinlah bahwa hidup kita senantiasa berada dalam jaminan kasih sang Gembala Sejati, Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit, telah menang. Amin.
Tim Penyusun Renungan
---- LRT. ---
Sumber: Warta Gereja Edisi : Minggu, 3 Mei 2009 Nomor : 18/2009
Add comment