Ibadah Natal pagi ini (25/12) di GKJ Manahan dilayani oleh Pdt. Retno Ratih Suryaning Handayani, M.Th, MA dengan tema "Aku Hadir Untukmu". Kotbah didasarkan pada bacaan leksionari terambil dari Yesaya 62: 6-12, Mazmur 97, Titus 3:4-7 dan Injil Lukas 2 : 8-20. Dalam kotbahnya, dikatakan dalam suasana Natal, rasanya ada nuansa yang menyenangkan tidak hanya bagi gereja tetapi juga bagi keluarga, karena dalam perayaan Natal pasti keluarga berkumpul. Dalam Natal kita diingatkan tentang kasih Allah yang hadir dalam hidup kita.
Ada sebuah kisah, tentang Yosua bin Hanan, seorang penasehat raja dan seorang yang bijaksana. Suatu ketika anak raja, seorang putri raja yang cantik jelita bertanya kepada Yosua sang Guru yang bijaksana "Kenapa Allah menempatkan hikmat yang luarbiasa dalam wadah seburuk anda?" . Yosua tidak tersinggung, ia dalam kebersahajaannya ia bertanya pada putri raja "dimanakah baginda Raja menyimpan anggur-anggurnya yang tua? karena anggur-anggur yang tua itu rasanya begitu nikmat". Kata putri raja "dalam guci-guci tanah liat." Lanjut kata Yosua "sungguh sangat disayangkan kalau anggur-anggur tua yang nikmat dan berharga itu hanya disimpan dalam guci tanah yang biasa saja? bukankah seharusnya anggur-anggur yang berharga itu disimpan dalam wadah yang berharga juga?". Singkat cerita, akhirnya putri raja atas persetujuan ayahnya, memindahkan penyimpanan anggur-anggur tua milik ayahnya dari guci-guci tanah ke bejana-bejana emas. Sampai satu saat dalam sebuah perjamuan kerajaan, ternyata anggur-anggur yang dihidangkan tidak enak rasanya. Anggur-anggur tua yang begitu nikmat dan berharga telah menjadi anggur yang tidak enak.
Kisah ini memberikan pelajaran bagi kita, bahwa tempat-tempat yang penuh keindahan belum tentu bisa menerima hikmat yang luar biasa dari Allah. Itulah sebabnya berita kelahiran Tuhan Yesus itu pertama kali diperdengarkan kepada para gembala.
Kita melihat, pertama, gembala adalah orang-orang yang biasa, orang yang diabaikan oleh orang-orang yang mengganggap diri bijaksana. Gembala pada masa itu termasuk orang-orang yang diluar garis status sosial. Gembala adalah kelompok masyarakat yang tidak terdidik, yang gaya bahasa tidak tertata sehingga terkesan tidak sopan santun.
Kedua, dalam tataran keagamaan, gembala dianggap tidak layak mengikuti tata ibadah Yahudi karena dianggap sulit diatur dan hidup tidak bersih dengan pekerjaan mereka sebagai penjaga domba. Gembala dianggap sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, sehingga kesaksian mereka tidak dianggap dalam persidangan.
Tetapi dalam fakta-fakta tersebut, justru merekalah yang pertama kali mendengar berita kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Sebuah berita besar yang kontradiktif, bangsa Israel menunggu- nunggu Sang Juruselamat yang hebat, yang besar, tetapi justru berita besar ini adalah lahir seorang bayi yang lahir yang dibungkus lampin dan ditempatkan dalam palungan. Harapan mereka melihat pemimpin yang besar, yang hebat tetapi justru yang mereka jumpai adalah seorang bayi.
Ketika Allah mengungkapkan karya KeselamatanNya, Ia mengambil cara yang berbeda dari cara manusia. Manusia memiliki kecenderungan untuk ingin semakin hari semakin besar, semakin hebat. Allah rela hadir dalam kesederhanaan, dan rela menghadirkan diri dalam kesederhanaan ditengah-tengah orang-orang sederhana. Allah mau merendahkan diri, mengambil rupa seorang hamba dalam diri seorang bayi yang lemah, yang hadir di tengah-tengah orang-orang yang terabaikan.
Yesus hadir untuk menyelamatkan dunia, dan Ia juga mau hadir dalam hidup kita, apapun kondisi kita, kelemahan kita sekalipun orang mengabaikan dan menyingkirkan kita.
Dimana ada kerendahan hati disitu ada kehidupan, ada suka cita dan ada kedamaian. Mari kita belajar seperti Yesus yang mau hadir diantara orang-orang tersisih dan terabaikan untuk membela mereka. Mari belajar rendah hati, untuk menghadirkan kehidupan, sukacita dan damai sejahtera Allah ditengah-tengah orang-orang yang terabaikan dan tersisihkan.