“Semua orang tentunya ingin hidup benar, tidak hanya dihadapan Tuhan tetapi juga didepan sesama kita. Bahkan sejak kecil kita sudah dididik untuk melakukan segala sesuatu dengan benar, berbicara dengan cara yang benar, bersikap dengan cara yang benar.” Demikian pernyataan Pendeta Retno Ratih Suryaning Handayani, M.Th, MA mengawali kotbahnya dalam Persekutuan Doa Akhir Bulan, hari Sabtu (31/8) yang lalu.
Sekalipun hidup benar adalah panggilan, harus kita akui bahwa orang-orang yang hidup tidak benar itu lebih banyak, dan realitanya mereka ada dalam masyarakat. Dimana-mana ada kekerasan, tidak hanya secara komunal tetapi bisa antar priadi bahkan dalam rumah tangga (KDRT) dan sering kali ada pembiaran terhadap kekerasan yang terjadi.
Contoh lain, adanya keserakahan. Ada orang-orang yang menghabiskan segala sumber daya alam, menimbun untuk diri sendiri, sedangkan sesamanya menderita dalam kekurangan. Demikian pula pencurian, juga menjadi hal yang banyak terjadi disekitar kita. Zaman Sekarang ini, pencurian tidak hanya tengah malam melainkan siang hari pada saat terang benderang. Bentuk lain hidup yang tidak benar adalah adanya ketidaksetiaan terhadap pasangan atau perselingkuhan, yang juga telah menjadi hal yang sudah umum terjadi di masyarakat, dan dilakukan secara terang-terangan.
Persoalannya adalah bagaimana kita tetap hidup benar ditengah-tengah kondisi masyarakat yang melakukan hidup yang tidak benar?
Balajar dari Nuh dalam kitab Kejadian 6: 9-22, yang hidup ditengah-tengah masyarakat yang hidup tidak benar. Kondisi moralitas masyarakat pada masa Nuh telah sangat rusak. Kejadian 6:5-6 menyatakan "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya."
Manusia diciptakan sangat baik di mata Tuhan dan mulia. Tetapi ternyata apa yang baik itu hancur karena moralitasnya yang rusak, demikianlah Tuhan menjadi pilu hatiNya sehingga memutuskan menghapuskan manusia dan seluruh hewan dan tumbuhan dari muka bumi. Kemerosotan moral manusia berdampak buruk tidak hanya bagi manusia itu sendiri tetapi juga berdampak buruk pada ciptaan lainnya.
Ditengah kemarahan Tuhan yang luar biasa, ternyata mata dan hati Tuhan tertuju pada Nuh. Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
Kata 'benar', atau 'kebenaran' dalam bahasa asli kitab suci adalah 'Emet' (Bahasa Ibrani, Perjanjian Lama) dan 'Aletheia' (Bahasa Yunani, Perjanjian Baru) Orang yang benar adalah orang yang beriman, yang percaya. Beriman sesuai kenyataan.
Dan karena imannya pada Tuhan, maka Nuh menurut saja ketika Tuhan menyuruhnya membuat bahtera. Sebuah pekerjaan yang membutuhkan waktu lama, pekerjaan yang berat yang harus dilakukan sendiri oleh Nuh dan keluarganya, yang bagi orang sekitarnya hal itu dianggap sebagai sebuah kebodohan.
Pada akhirnya, Nuh, orang hidup benar dihadapan Tuhan yang selamat. Demikianlah hal ini sesuai dengan Firman Tuhan Berikut ini :
- Amsal 3:32-33 karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkati-Nya.
- Amsal 14: 32 yang menyatakan “ Orang fasik dirobohkan karena kejahatannya, tetapi orang benar mendapat perlindungan karena ketulusannya.
- Tuhan menjawab doa-doa orang yang hidup benar sebagaimana Amsal 15:8-9 menyatakan "Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi doa orang jujur dikenan-Nya. Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya.
- Mazmur 24:3-4 menyatakan "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.
- Yesaya 33:15-16 menyatakan "Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin."
Mengapa kita harus mengembangkan hidup benar?
- Hidup benar akan membuat hidup kita damai. Tidak hanya di hadapan Tuhan tetapi juga di hadapan sesama kita akan mengalami kedamaian.
- Hidup benar adalah pondasi untuk membangun relasi dan kepercayaan dengan orang lain.
- Hidup benar akan menjadikan kita pribadi yang otentik. Hidup menjadi diri sendiri.
- Hidup benar akan menumbuhkan sikap percaya diri.
- Hidup benar menyehatkan kehidupan mental dan spiritual.
- Hidup benar menjaga reputasi kita.
Dengan kata lain, hidup benar banyak berkatnya. Baik berkat dari Tuhan maupun berkat kehidupan bersama sesama kita. Dan kita perlu terus belajar untuk melakukan hidup benar, beranilah sekalipun mayoritas yang di sekitar kita hidupnya tidak benar. Sebab mata Tuhan tertuju pada orang yang hidup benar.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk belajar hidup benar dan berani bertahan dalam kebenaran hidup ditengah-tengah dunia ini.