Jemaat yang terkasih,
Seringkali keluarga diibaratkan sebagai sebuah bahtera yang mengarungi samudera, yaitu samudera kehidupan. Memang harapan awal ketika memulai perjalanan kehidupan rumah tangga semuanya berjalan dengan lancar. Namun, sebagaimana bahtera, ada kalanya melewati deru gelombang kehidupan ataupun pergumulan nahkoda dalam menentukan arah tujuan.
Gelombang tersebut yang kemudian membuat perjalanan kehidupan keluarga dapat terganggu, bahkan kandas. Dewasa ini nampaknya deru gelombang kehidupan semakin besar menerpa bahtera kehidupan rumah tangga. Semisal: budaya konsumerisme, sikap materialitis, perselingkuhan, gaya hidup mewah, banyaknya biaya untuk mencukupi kebutuhan hidup, ego masing-masing pasangan dll. Keluarga Kristiani pun juga tidak lepas dari terpaan gelombang tersebut, yang dapat membuat arah dan tujuan sebagai keluarga kristiani dapat berbelok. Ada keluarga Kristen yang melakukan penipuan, korupsi, berpindah iman karena ingin memperoleh kekayaan, jabatan, gaya hidup mewah. Ada yang melakukan perselingkuhan karena ego masing-masing pasangan untuk mendapatkan kepuasan hidup. Konflik antar pasangan karena tidak terpenuhinya materi, gaya hidup mewah, dll yang mengarah pada perceraian.
Padahal, seharusnya arah dan tujuan kehidupan keluarga Kristen adalah mewujudkan kehendak Allah, yaitu menjadi sarana kehendak Allah terwujud di dunia. Sebagaimana yang juga jawaban ditunjukkan oleh Tuhan Yesus sendiri. ”Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”, yaitu ketika Tuhan Yesus dicobai oleh orang-orang Farisi dan Herodian (Matius 22: 15-22).
Jawaban Tuhan Yesus ini hendak menantang sebagai umat manakah yang lebih diprioritaskan Herodeskah atau Allah?? Kata wajib ini juga berkaitan dengan sesuatu yang pantas diberikan. Sebenarnya jawaban Tuhan Yesus ini hendak menekankan kesetiaan umat kepada Allah yang jauh lebih agung dari Herodes.
Memang pekerjaan yang sangat luar biasa apabila kita membungkam “gelombang” (budaya konsumerisme, sikap materialitis, perselingkuhan, gaya hidup mewah, banyaknya biaya untuk mencukupi kebutuhan hidup, dll) supaya tidak menerpa kehidupan rumah tangga kita. Bagaimana tidak, sikap dan gaya hidup tersebut banyak terwujud disekitar kehidupan kristiani. Namun, baiklah kita belajar dari kehidupan jemaat di Tesalonika (1 Tesalonika 1: 1-10). Tesalonika adalah satu kota terpenting (metropolitan) dalam wilayah kekaisaran Romawi. Itulah yang membuat kota Tesalonika memiliki ragam budaya dan aktifitas yang banyak. Dimana disitu terdapat banyak agama-agama kafir yang menawarkan budaya perzinahan dan budaya hedonisme. Juga berbagai macam cara pandang yang menentang sikap hidup kekristenan.
Ditengah-tengah kondisi yang demikian Rasul Paulus dalam suratnya mengatakan “kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan” (ayat 6). Ini menunjukkan bahwa anggota jemaat tetap mengarahkan tujuan hidupnya sebagaimana mestinya, mewujudkan kehendak Allah. Yang kemudian menjadi contoh atau teladan bagi jemaat Tuhan di tempat lain (Makedonia dan Akhaya). Apa yang membuat mereka bertahan dan mampu untuk membungkam “gelombang” negatif tersebut?? Ayat 3 “ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus”. Ketekunan dalam pengharapan kepada Tuhan tidak hanya berbicara tentang penghayatan akan masa mendatang (kebangkitan hidup) saja, namun juga penghayatan akan penyertaan Tuhan dalam setiap langkah hidup mereka. Penghayatan akan penyertaan Allah inilah yang memampukan mereka untuk tetap memberikan apa yang wajib diberikan kepada Allah (setia).
Jemaat yang terkasih,
Penghayatan akan penyertaan Allah inilah yang memampukan kita untuk membungkam gelombang negatif yang dapat menggoyahkan dan bahkan mengandaskan bahtera kehidupan keluarga kita, sebagai Keluarga Kristen. Mari kita arahkan tujuan bahtera keluarga kita pada jalan yang seharusnya, karena Tuhan juga akan menyertai kita. Selamat menjalankan bahtera kehidupan keluarga, selamat sampai tempat tujuan kita nantinya. Tuhan beserta kita. Amin.
Bacaan I : Keluaran 32: 1 – 14;
Mazmur Tanggapan : Mazmur 106: 1 – 6, 19 – 23
Bacaan II : Filipi 4: 1 – 9;
Bacaan Injil : Matius 21 : 1 – 14
Sumber: Warta Gereja Edisi: Minggu, 19 Oktober 2014
Add comment